Keputusan untuk memulai bisnis bisa terinspirasi dari mana saja, ada yang muncul begitu saja tanpa rencana. Hal ini dialami oleh Noor Rafita, warga Bogor, Jawa Barat yang berinovasi dengan Kue Lapis Nangka alias 'Lanang'
Awal membuat Lanang ketika ia mendapatkan banyak oleh-oleh dari kerabatnya. Rasa bingungnya mendapatkan nangka dalam jumlah banyak, justru memunculkan ide membuat kue lapis dari nangka, selama ini sudah dikenal kue lapis Bogor dari talas.
"Di Bogor sedang tren lapis talas, saya coba dengan inovasi baru dengan buah nangka, ternyata pas kita coba kuenya lebih wangi, dan teksturnya halus, yang belum ada hasil olahan buah nangka, padahal Bogor penghasil nangka terbesar di Jawa Barat," kata Noor kepada detikFinance di sela-sela pameran produk halal INDHEX, di JIEXpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (23/10/2014).
Ia memulai usaha ini sejak 2012, modal awalnya hanya Rp 5 juta termasuk untuk perawatan, pembantu, biaya bahan baku. Kini, jerih payahnya membuahkan hasil, setiap bulan setidaknya bisa mendapatkan omzet Rp 20-30 juta setara 800 boks kue Lanang. Bahkan dalam periode tertentu, Noor bisa menjual 1.000-2.000 boks per bulan.
Harga satu boks dijual Rp 35.000 ukuran 450 gr, dengan berbagai pilihan rasa pandan, vanila, cokelat dan original, yang paling laku rasa pandan. Daya tahan kue Lanang bisa bertahan sampai 5 hari.
"Saya terinspirasi mengeksplorasi buah nangka ini sebagai oleh-oleh Kota Bogor, selain kue lapis talas," katanya.
Noor mengatakan menjalani bisnis kue Lanang selama 2 tahun bukan tanpa masalah. Kendala utamanya soal pemasaran, ia telah mencoba beberapa strategi pemasaran seperti sistem konsinyasi atau sistem titip dengan bagi hasil.
"Tapi karena merugi, sekarang pakai sistem beli putus," katanya.
Kue Lanangnya awalnya dijual dari tetangga ke tetangga dengan strategi pemasaran dari mulut ke mulut. Namun kini, pemasaran sudah berlangsung melalui online di Twitter, Facebook, dan membuka gerai.
"Sekarang sudah punya 4 outlet, di Sentul Vaganza, Jalan Tole Iskandar, Terminal Baranangsiang, Jalan Pajajaran," katanya.
Ia menuturkan menjalankan bisnis harus penuh ketekunan, selain kemauan untuk berinovasi dan kerja keras. Kini, produknya sudah mendapat sertifikat halal dari LPPOM MUI Bogor, sehingga bisa diterima masyarakat luas.
"Selama 4 bulan pertama sudah balik modal, pembelinya dari Jakarta, Bandung, Cibinong, Depok, Jabodetabek, kalau reseller sudah sampai Papua, Batam, Aceh, Lampung, Palembang, Bali Yogyakarta, Tegal, Semarang," imbuhnya.
Berkat usahanya ini, Noor sudah mempekerjakan tenaga kerja 10 orang, sebanyak 7 di antaranya karyawan tetap, sedangkan sisanya karyawan tidak tetap.
"Saya sempat membuat kue lanang raksasa 3 meter x 2,1 meter butuh 20 kg nangka di Botanical Square Bogor pada 20 Oktober, di pameran produk halal juga," katanya.
Sumber: Detik Finance
Awal membuat Lanang ketika ia mendapatkan banyak oleh-oleh dari kerabatnya. Rasa bingungnya mendapatkan nangka dalam jumlah banyak, justru memunculkan ide membuat kue lapis dari nangka, selama ini sudah dikenal kue lapis Bogor dari talas.
"Di Bogor sedang tren lapis talas, saya coba dengan inovasi baru dengan buah nangka, ternyata pas kita coba kuenya lebih wangi, dan teksturnya halus, yang belum ada hasil olahan buah nangka, padahal Bogor penghasil nangka terbesar di Jawa Barat," kata Noor kepada detikFinance di sela-sela pameran produk halal INDHEX, di JIEXpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (23/10/2014).
Ia memulai usaha ini sejak 2012, modal awalnya hanya Rp 5 juta termasuk untuk perawatan, pembantu, biaya bahan baku. Kini, jerih payahnya membuahkan hasil, setiap bulan setidaknya bisa mendapatkan omzet Rp 20-30 juta setara 800 boks kue Lanang. Bahkan dalam periode tertentu, Noor bisa menjual 1.000-2.000 boks per bulan.
Harga satu boks dijual Rp 35.000 ukuran 450 gr, dengan berbagai pilihan rasa pandan, vanila, cokelat dan original, yang paling laku rasa pandan. Daya tahan kue Lanang bisa bertahan sampai 5 hari.
"Saya terinspirasi mengeksplorasi buah nangka ini sebagai oleh-oleh Kota Bogor, selain kue lapis talas," katanya.
Noor mengatakan menjalani bisnis kue Lanang selama 2 tahun bukan tanpa masalah. Kendala utamanya soal pemasaran, ia telah mencoba beberapa strategi pemasaran seperti sistem konsinyasi atau sistem titip dengan bagi hasil.
"Tapi karena merugi, sekarang pakai sistem beli putus," katanya.
Kue Lanangnya awalnya dijual dari tetangga ke tetangga dengan strategi pemasaran dari mulut ke mulut. Namun kini, pemasaran sudah berlangsung melalui online di Twitter, Facebook, dan membuka gerai.
"Sekarang sudah punya 4 outlet, di Sentul Vaganza, Jalan Tole Iskandar, Terminal Baranangsiang, Jalan Pajajaran," katanya.
Ia menuturkan menjalankan bisnis harus penuh ketekunan, selain kemauan untuk berinovasi dan kerja keras. Kini, produknya sudah mendapat sertifikat halal dari LPPOM MUI Bogor, sehingga bisa diterima masyarakat luas.
"Selama 4 bulan pertama sudah balik modal, pembelinya dari Jakarta, Bandung, Cibinong, Depok, Jabodetabek, kalau reseller sudah sampai Papua, Batam, Aceh, Lampung, Palembang, Bali Yogyakarta, Tegal, Semarang," imbuhnya.
Berkat usahanya ini, Noor sudah mempekerjakan tenaga kerja 10 orang, sebanyak 7 di antaranya karyawan tetap, sedangkan sisanya karyawan tidak tetap.
"Saya sempat membuat kue lanang raksasa 3 meter x 2,1 meter butuh 20 kg nangka di Botanical Square Bogor pada 20 Oktober, di pameran produk halal juga," katanya.
Sumber: Detik Finance
0 Komentar