Jalur LRT Bogor: Baranangsiang - Cibinong - Gunungputri - Cibubur

Ilustrasi LRT

Proyek light rail transit (LRT) resmi dimulai kemarin (9/9). Tahap pertama, jalur yang akan dibangun meliputi lintas layanan Cibubur-Cawang, Bekasi-Cawang dan Cawang-Dukuh Atas. Jika tidak ada aral, moda transportasi modern ini juga bakal menyasar hingga Terminal Baranangsiang.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjamin pembangunan proyek tidak akan mandek di tengah jalan. Presiden meyakinkan kalau proyek LRT berbeda dengan proyek monorel di Jakarta yang sampai saat ini masih mangkrak.

Alasan yang disampaikan adalah bahwa proyek kereta api ringan, sejak awal, tanpa masalah berarti. Hal itu berbeda dengan monorel yang merupakan proyek warisan dengan berbagai kendala yang menyertai.

”Ini kan mulai dari nol, kalau monorel dulu memang sudah ada masalah, sehingga harus menunggu diurai dulu,” kata Presiden Jokowi, saat pencanangan pembangunan LRT, di gerbang Tol Taman Mini, Jakarta Timur, Rabu (9/9).

Menurut dia, memulai sebuah proyek yang benar-benar baru jauh lebih mudah ketimbang melanjutkan sebuah proyek yang memilih segudang persoalan. Meski demikian, Jokowi menyatakan, kalau proyek monorel yang mangkrak tetap akan diberdayakan. Tiang-tiang monorel yang sudah terlanjur terbangun akan digunakan untuk LRT.

”Jadi, semuanya tetap terpakai, tidak ada masalah,” imbuhnya.

Seperti halnya LRT, proyek monorel juga sempat direncanakan menjadi moda transportasi massal di ibu kota dan terhubung dengan kota-kota satelit. Yakni Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek).

MENGENAL LRT

LRT mempunyai daya angkut harian dengan konfigurasi enam train set. Dengan total train set tersebut, maka LRT kali akan mempunyai daya angkut 24 ribu orang per jam per tujuan atau passengers per hour per direction (PPHPD) dengan asumsi per dua menit saat peak. Namun, untuk mengoperasikan LRT, maka dibutuhkan daya yang cukup besar. Diperkirakan, untuk menjalankan LRT ini, diperlukan daya listrik power DC sebesar 1.500 volt.

Ditopang tiang pancang berdiameter 100 cm dan 80 cm, LRT ini akan memiliki pilar dan girder yang terbuat dari beton precast dan prestress. Tujuannya, agar pembangunan proyek tersebut cepat dan tidak terlalu mengganggu tarik yang ada.

Namun, karena besarnya pembangunan proyek tersebut, maka rencananya akan dipecah menjadi dua tahapan. Pembangunan ini, masing-masing akan terdiri dari tiga lintasan pelayanan, dengan total panjang lintasan 83,6 km.

Tahap I meliputi lintas layanan Cibubur-Cawang, Bekasi-Cawang dan Cawang-Dukuh Atas. Tahap ini akan menggarap lintasan sepanjang 42,1 km dengan jumlah 18 stasiun.

Tahap II lintas pelayanan Cibubur-Bogor, Dukuh Atas-Palmerah-Senayan, dan Palmerah-Grogol dengan
panjang 41,5 km.

Rencana umum jaringan kereta api itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2015. Diperkirakan, pembangunan tahap pertama akan selesai pada akhir 2017.

Dan alat transportasi yang nantinya diharapkan terhubung dengan fasilitas transportasi publik lainnya tersebut diharapkan bisa beroperasi pada awal 2018. Atau, sebelum event Asian Games yang Indonesia menjadi tuan rumahnya.

Pada kesempatan tersebut, presiden juga sempat menyinggung tentang agenda pembangunan transportasi massal di wilayah lain, terutama luar Jawa.

Di antara yang akan dikebut adalah pembangunan jalur kereta di Sulawesi dan Papua yang diharapkan juga bisa dimulai.

RESPONS PEMKAB BOGOR

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bogor Syarifah Sofiah menyebutkan, LRT jalur Cibubur-Cawang-Bekasi Timur dan Cawang-Dukuh Atas, sejatinya merupakan proyek lawas.

Syarifah sendiri sudah beberapa kali ikut serta rapat terkait ini di Jakarta. Dalam setiap rapat yang
diprakarsai Kementerian Pekerjaan Umum (PU) ini, perwakilan pejabat dari wilayah Jabodetabek selalu membahas moda transportasi massal yang cocok untuk wilayah ini.

Ide pun sempat mengemuka antara busway, LRT atau MRT. “Kita dari Kabupaten Bogor selalu mengusulkan jangan busway, tapi angkutan massal yang lain seperti LRT,” jelasnya.

Menurut Syarifah, konsep LRT ini salah satu solusi untuk mengatasi tingginya lalu lintas commuter
line (KRL) Jakarta-Bogor. Di mana lalu lintas KRL ini terkadang menimbulkan kemacetan di beberapa lokasi di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor.

“Dalam perencanaan PT Adhi Karya, akan ada pemberhentian di Sentul, Cibinong, Gunung putri hingga Baranangsiang,” jelasnya.

Dikatakan, konstruksi lintasan dan stasiun LRT akan memanfaatkan lahan jalan tol. Untuk Kabupaten Bogor pada lokasi tertentu yang tidak dilintasi jalan tol, tentu peran pemerintah daerah akan diperlukan.

“Kapasitas Kabupaten Bogor pasti ada pada saat pembangunan stasiun dan jalurnya, terutama pada jalur yang awalnya tidak ada jalan tol, bisa saja nanti ada juga pembebasan lahan,” ujarnya.

Sumber Berita: jabar.pojoksatu.id

Posting Komentar

0 Komentar