Bogor Makin Dilirik...

Padat dan tingginya harga lahan di Jakarta dan kawasan pinggiran lain seperti Serpong, Depok, dan Bekasi memicu pengembang dan investor merambah Bogor, Jawa Barat. Kota hujan itu semakin dilirik karena kedekatannya dengan Jakarta.

Tak hanya itu. Kemudahan akses juga menjadi pertimbangan, karena Bogor bisa dijangkau melalui Tol Jagorawi, dan "commuter line" KRL Jakarta-Bogor, serta kondisi lingkungan yang masih relatif hijau.



Setelah nama-nama besar macam PT Bakrieland Development Tbk yang membesut Bogor Nirwana Residences, Gapura Prima dengan Bukit Cimanggu City, PT Sentul City Tbk yang menggarap Sentul City serta sejumlah nama lainnya, kini giliran PT Jaya Properti Indonesia. Pengembang ini memulai kiprahnya di Bogor dengan membangun Win del Rio seluas 1,8 hektar dengan jumlah rumah 80 unit. Harga perdana yang dipatok serentang Rp 500 juta hingga Rp 1,4 miliar dengan ukuran 43/90 hingga 85/170-210.

"Kami menginvestasikan Rp 75 miliar. Memang kecil, tapi kami berencana untuk ekspansi beberapa proyek lain di sini," ujar CEO PT Jaya Properti Indonesia, Amrit Lakhiani, kepada Kompas.com, Selasa (25/11/2014).

Walhasil, semakin intensifnya pengembangan properti di Bogor, mendorong akselerasi pertumbuhan harga lahan. Saat ini, harga lahan di kawasan hunian koridor Semplak telah mencapai angka Rp 5 juta per meter persegi. Angka itu tumbuh 500 persen dalam dua tahun saat Jaya Properti Indonesia mengakuisisi lahan Win del Rio dengan harga Rp 1 juta per meter persegi pada November 2012 silam.

Sementara itu, harga lahan komersialnya menembus angka Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per meter persegi. Angka ini berlaku di kawasan Pajajaran dan pusat bisnis Bogor.

Menurut Partner Residential Services Coldwell Banker Indonesia, Fransiska Hendri, secara umum, pasar residensial di Bogor didominasi kalangan menengah.

"Jadi, peluang untuk membangun landed house sangat besar, karena pasarnya juga besar. Bogor juga menawarkan pertumbuhan harga lumayan tinggi. Jika dua tahun lalu sekitar 25 persen, kini masih di atas 15 hingga 20 persen. Meski demikian, Bogor masih berada dalam lima besar kawasan pilihan konsumen properti," papar Fransiska.

Dia melanjutkan, Bogor juga diincar oleh konsumen selatan Jakarta untuk investasi dan juga tempat tinggal. Harga propertinya terbilang lebih murah ketimbang harga properti di Serpong, Depok, Cibubur atau Bekasi.

"Namun dengan begitu potensi pertumbuhan harga menjadi tinggi. Sementara itu, kawasan lain pertumbuhannya sudah mentok karena harganya tinggi," tambah Fransiska.

Selain itu, lanjut dia, Bogor punya beberapa tempat wisata yang menjadi selling point (nilai lebih), seperti Kebun Raya, Puncak, Gunung Salak, dan destinasi lainnya yang tidak dimiliki Serpong, Cibubur, Bintaro, Depok atau Bekasi.

Sumber: Kompas

Posting Komentar

2 Komentar